Sebelumnya : Hunter x Hunter Chapter 165
Pertandingan masih terus berlanjut. Gon, Killua, dan Hisoka, mereka berhasil memaksa Razor untuk keluar. Namun, lelaki itu menggunakan back untuk kembali ke tengah lapangan. "Razor telah menggunakan back, jadi ia diperbolehkan untuk kembali ke lapangan!!" ucap wasit.
"Kedua tim sudah menggunakan back dan sekarang dua lawan tiga." ucap rekan Tsezugera.
"Akhirnya, semuanya menjadi lebih baik." ucap yang lain. Akan tetapi, Tsezugera masih tampak khawatir, "Apa benar brgitu?" ucapnya.
"Eh?"
"Tim kitalah yang terluka lebih parah." ucap Tsezugera, "Hisoka sudah tak bisa menangkap bola dengan tangan kanannya. Gon telah mengeluarkan seluruh energinya di serangan tadi. Jadi, tubuhnya sudah benar-benar kelelahan sekarang. Dia tak akan bisa melakukan serangan sehebat tadi lagi."
"Dengan kata lain, yang masih dalam kondisi prima hanya Killua ya?"
"Tidak, malah sebaliknya." ucap Tsezugera, "Dialah yang paling terluka parah."
"Eeh!? Bagaimana bisa!??"
"Fiuh ..." Gon menghela nafas.
"Apa kau baik-baik saja, Gon?" Killua bertanya.
"Yah, tapi sepertinya kesempatanku masih tinggal satu. Aku akan mengerahkan seluruh kekuatanku di serangan terakhir ini." ucap Gon.
"Bagus, ayo kita akhiri ini sekarang!!" ucap Killua. Dalam hati, ia sedikit lega, "Kalau hanya satu kali lagi, sepertinya tidak apa-apa. Demi teman ..." Killua menyembunyikan luka yang parah di kedua telapak tangannya.
"Saat Killua memegang bola untuk Gon, dia tidak melindungi tangannya dengan nen. Tidak sama sekali." jelas Tsezugera. "Apa yang ia lakukan sama saja dengan menahan tembakan meriam dengan tangan kosong. Kalau Killua melindungi tangannya dengan nen yang besar, maka kekuatan pukulan Gon akan menjadi berkurang."
"Karena Killua ingin mempertahankan kekuatan Gon, maka ia membiarkan tangannya tanpa perlindungan. Luka yang tangannya terima, bahkan lebih parah dari Hisoka."
"Sial!" dalam hati Tsezugera kesal. "Aku memang bodoh. Seharusnya aku juga ada di sana. Kalau saja itu aku, aku bisa bereaksi lebih cepat dari Killua! Saat Gon memukul bolanya, aku akan langsung melindungi tanganku dengan nen. Dengan melakukannya di saat yang tepat, maka daya serang Gon tidak akan berkurang. Ah!!"
"Hisoka, lempar bolanya padaku." pinta Biscuit. Hisoka memberinya, kemudian, "Walau lemparanku tidak terlalu kuat, haa!!" wanita itu mengenai satu rekan Razor. Dengan ini, yang tersisa di dalam hanyalah Razor.
"Bagus, tinggal satu!!"
"Tahan, wasit, aku punya pertanyaan!!" Tsezugera mengangkat tangan. "Apa pemain yang ada di dalam boleh keluar?"
"Tidak ada peraturan tentang itu. Tapi, dia tak akan bisa kembali." jelas wasit.
"Baiklah." Tsezugera mendekat ke Gon dan yang lainnya dan kemudian menjelaskan sesuatu. "Gon, untuk serangan berikutnya, biarkan aku yang memegang bolanya. Tangan Killua sudah tak bisa melakukannya lagi. Aku bisa menggerakkan nen dari tubuhku dengan cepat, dan menggunakannya tepat saat bolanya dipukul. Jadi, biarkan aku yang melakukannya. Ini adalah satu-satunya cara untuk menang."
"Mmmm ..."
"Kami tak bisa melakukannya." ucap Killua.
"Ke-kenapa? kenapa tidak?"
"Jangan memaksakan diri, paman. Bukannya kau juga terluka parah? Aku akan baik-baik saja. Ini tak separah yang paman bayangkan." ucap Killua.
"Kalau begitu, biarkan aku melihat tanganku." pinta Tsezugera.
"Ah, sudah kubilang kan, aku baik-baik saja." Killua mencoba untuk menyembunyikan. tapi kemudian, Biscuit menarik tangan Killua, membuat telapak tangannya yang bengkak parah terlihat. "Biscuit!?"
"Lihat kan? Luka di tanganmu sudah terlalu parah."
"Tidak, aku masih bisa lanjut. Tidak apa-apa kalau tinggal satu bola lagi, Gon, aku masih bisa!" ucap Killua.
"Gon, katakan sesuatu!" ucap Tsezugera.
"Aku tahu." ucap Gon. "Aku tahu kalau tangan Killua terluka. Tsezugera-san, kembalilah ke luar lapangan. Kalau bukan Killua yang memegangnya, aku tak akan bisa. Kalaupun Biscuit atau Hisoka yang melakukannya, entah kenapa aku merasa aku tak akan bisa memukul dengan sekuat tenaga. Kalau Killua yang melakukannya, aku jadi bisa mengerahkan seluruh kemampuanku."
"Heh ... jadi kau mengerti kan sekarang, kembalilah ke sana dan istirahat." ucap Killua.
"Huh, baiklah, aku mengerti." Tsezugera kembali, "Semuanya bergantung pada kalian."
"Gon. Apa kau sudah lupa? kalau kita tak bisa mengambil bolanya dari Razor, kita tak akan bisa menyerang." ucap Killua.
Setelah tadi Biscuit menyerang bayangan Razor, lelaki itu kembali mendapat bolanya.
"Tentu saja aku tahu. dan sebenarnya, aku sudah punya ide ..." Gonpun menjelaskan idenya.
"Oh, aku mengerti." ucap Hisoka. "Ya, itu mungkin akan berhasil, kan?"
"Mmmm, aku tak terlalu yakin." ucap Killua.
"Oh ya? Aku malah sangat tertarik untuk mencobanya." ucap Hisoka.
"Dasar, lagi-lagi kau mempunyai ide yang bodoh." ucap Killua.
"Hehehe, maaf ya, Killua." ucap Gon. Dan setelahnya, mereka bersiap.
"Baiklah, pertandingan akan segera dimulai." ucap wasit. Pertandingan akan kembali dimulai dengan bola berada di tangan Razor. Tapi sebelum melempar, lelaki itu menarik kembali bayangan-bayanganya. Jadi selain wasit, mahluk bayangannya yang lain menghilang, dan auranya kembali ke tubuh Razor.
"Iblis milik Razor, menghilang!?"
"Semua energinya ... Kembali ke tubuh Razor!!"
Lelaki itu akan melempar dengan kekuatan penuh sekarang.
"Mengumpulkan kembali seluruh nenya, apa dia akan menunjukkan kekuatannya yang sebenarnya?"
"Hmmm, aku tak menyangka kalau aku harus menggunakan ini." Razor melapisi bolanya dengan nen, kemudian melemparnya dengan pelan ke atas. "Hehe, sudah lama aku tak merasakan hal ini, perasaan senang seperti ini!"
"Di-dia melempar bolanya ke udara, jangan-jangan!?"
"Tehnik voli ... Spike!!?" Bukan melempar seperti sebelum-sebelumnya, kali ini Razor akan mensmash bola tersebut dengan sekuat tenaga. Namun tak hanya Razor, kelompok Gon juga telah memasang kuda-kuda.
"Hei, lihat itu!!"
Gon berada paling depan, Killua di tengah dalam posisi membelakangi, sementara Hisoka di bagian paling belakang, bersiap dengan ancang-ancang yang sama dengan Gon.
Bersambung ke Hunter x Hunter Chapter 167
KLIK DISINI UNTUK DOWNLOAD
Pertandingan masih terus berlanjut. Gon, Killua, dan Hisoka, mereka berhasil memaksa Razor untuk keluar. Namun, lelaki itu menggunakan back untuk kembali ke tengah lapangan. "Razor telah menggunakan back, jadi ia diperbolehkan untuk kembali ke lapangan!!" ucap wasit.
"Kedua tim sudah menggunakan back dan sekarang dua lawan tiga." ucap rekan Tsezugera.
"Akhirnya, semuanya menjadi lebih baik." ucap yang lain. Akan tetapi, Tsezugera masih tampak khawatir, "Apa benar brgitu?" ucapnya.
"Eh?"
"Tim kitalah yang terluka lebih parah." ucap Tsezugera, "Hisoka sudah tak bisa menangkap bola dengan tangan kanannya. Gon telah mengeluarkan seluruh energinya di serangan tadi. Jadi, tubuhnya sudah benar-benar kelelahan sekarang. Dia tak akan bisa melakukan serangan sehebat tadi lagi."
"Dengan kata lain, yang masih dalam kondisi prima hanya Killua ya?"
"Tidak, malah sebaliknya." ucap Tsezugera, "Dialah yang paling terluka parah."
"Eeh!? Bagaimana bisa!??"
"Fiuh ..." Gon menghela nafas.
"Apa kau baik-baik saja, Gon?" Killua bertanya.
"Yah, tapi sepertinya kesempatanku masih tinggal satu. Aku akan mengerahkan seluruh kekuatanku di serangan terakhir ini." ucap Gon.
"Bagus, ayo kita akhiri ini sekarang!!" ucap Killua. Dalam hati, ia sedikit lega, "Kalau hanya satu kali lagi, sepertinya tidak apa-apa. Demi teman ..." Killua menyembunyikan luka yang parah di kedua telapak tangannya.
"Saat Killua memegang bola untuk Gon, dia tidak melindungi tangannya dengan nen. Tidak sama sekali." jelas Tsezugera. "Apa yang ia lakukan sama saja dengan menahan tembakan meriam dengan tangan kosong. Kalau Killua melindungi tangannya dengan nen yang besar, maka kekuatan pukulan Gon akan menjadi berkurang."
"Karena Killua ingin mempertahankan kekuatan Gon, maka ia membiarkan tangannya tanpa perlindungan. Luka yang tangannya terima, bahkan lebih parah dari Hisoka."
"Sial!" dalam hati Tsezugera kesal. "Aku memang bodoh. Seharusnya aku juga ada di sana. Kalau saja itu aku, aku bisa bereaksi lebih cepat dari Killua! Saat Gon memukul bolanya, aku akan langsung melindungi tanganku dengan nen. Dengan melakukannya di saat yang tepat, maka daya serang Gon tidak akan berkurang. Ah!!"
"Hisoka, lempar bolanya padaku." pinta Biscuit. Hisoka memberinya, kemudian, "Walau lemparanku tidak terlalu kuat, haa!!" wanita itu mengenai satu rekan Razor. Dengan ini, yang tersisa di dalam hanyalah Razor.
"Bagus, tinggal satu!!"
"Tahan, wasit, aku punya pertanyaan!!" Tsezugera mengangkat tangan. "Apa pemain yang ada di dalam boleh keluar?"
"Tidak ada peraturan tentang itu. Tapi, dia tak akan bisa kembali." jelas wasit.
"Baiklah." Tsezugera mendekat ke Gon dan yang lainnya dan kemudian menjelaskan sesuatu. "Gon, untuk serangan berikutnya, biarkan aku yang memegang bolanya. Tangan Killua sudah tak bisa melakukannya lagi. Aku bisa menggerakkan nen dari tubuhku dengan cepat, dan menggunakannya tepat saat bolanya dipukul. Jadi, biarkan aku yang melakukannya. Ini adalah satu-satunya cara untuk menang."
"Mmmm ..."
"Kami tak bisa melakukannya." ucap Killua.
"Ke-kenapa? kenapa tidak?"
"Jangan memaksakan diri, paman. Bukannya kau juga terluka parah? Aku akan baik-baik saja. Ini tak separah yang paman bayangkan." ucap Killua.
"Kalau begitu, biarkan aku melihat tanganku." pinta Tsezugera.
"Ah, sudah kubilang kan, aku baik-baik saja." Killua mencoba untuk menyembunyikan. tapi kemudian, Biscuit menarik tangan Killua, membuat telapak tangannya yang bengkak parah terlihat. "Biscuit!?"
"Lihat kan? Luka di tanganmu sudah terlalu parah."
"Tidak, aku masih bisa lanjut. Tidak apa-apa kalau tinggal satu bola lagi, Gon, aku masih bisa!" ucap Killua.
"Gon, katakan sesuatu!" ucap Tsezugera.
"Aku tahu." ucap Gon. "Aku tahu kalau tangan Killua terluka. Tsezugera-san, kembalilah ke luar lapangan. Kalau bukan Killua yang memegangnya, aku tak akan bisa. Kalaupun Biscuit atau Hisoka yang melakukannya, entah kenapa aku merasa aku tak akan bisa memukul dengan sekuat tenaga. Kalau Killua yang melakukannya, aku jadi bisa mengerahkan seluruh kemampuanku."
"Heh ... jadi kau mengerti kan sekarang, kembalilah ke sana dan istirahat." ucap Killua.
"Huh, baiklah, aku mengerti." Tsezugera kembali, "Semuanya bergantung pada kalian."
"Gon. Apa kau sudah lupa? kalau kita tak bisa mengambil bolanya dari Razor, kita tak akan bisa menyerang." ucap Killua.
Setelah tadi Biscuit menyerang bayangan Razor, lelaki itu kembali mendapat bolanya.
"Tentu saja aku tahu. dan sebenarnya, aku sudah punya ide ..." Gonpun menjelaskan idenya.
"Oh, aku mengerti." ucap Hisoka. "Ya, itu mungkin akan berhasil, kan?"
"Mmmm, aku tak terlalu yakin." ucap Killua.
"Oh ya? Aku malah sangat tertarik untuk mencobanya." ucap Hisoka.
"Dasar, lagi-lagi kau mempunyai ide yang bodoh." ucap Killua.
"Hehehe, maaf ya, Killua." ucap Gon. Dan setelahnya, mereka bersiap.
"Baiklah, pertandingan akan segera dimulai." ucap wasit. Pertandingan akan kembali dimulai dengan bola berada di tangan Razor. Tapi sebelum melempar, lelaki itu menarik kembali bayangan-bayanganya. Jadi selain wasit, mahluk bayangannya yang lain menghilang, dan auranya kembali ke tubuh Razor.
"Iblis milik Razor, menghilang!?"
"Semua energinya ... Kembali ke tubuh Razor!!"
Lelaki itu akan melempar dengan kekuatan penuh sekarang.
"Mengumpulkan kembali seluruh nenya, apa dia akan menunjukkan kekuatannya yang sebenarnya?"
"Hmmm, aku tak menyangka kalau aku harus menggunakan ini." Razor melapisi bolanya dengan nen, kemudian melemparnya dengan pelan ke atas. "Hehe, sudah lama aku tak merasakan hal ini, perasaan senang seperti ini!"
"Di-dia melempar bolanya ke udara, jangan-jangan!?"
"Tehnik voli ... Spike!!?" Bukan melempar seperti sebelum-sebelumnya, kali ini Razor akan mensmash bola tersebut dengan sekuat tenaga. Namun tak hanya Razor, kelompok Gon juga telah memasang kuda-kuda.
"Hei, lihat itu!!"
Gon berada paling depan, Killua di tengah dalam posisi membelakangi, sementara Hisoka di bagian paling belakang, bersiap dengan ancang-ancang yang sama dengan Gon.
Bersambung ke Hunter x Hunter Chapter 167

Comments
Post a Comment